Memanasnya hubungan Iran dan Amerika Serikat memicu respons Presiden ke 6 Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). "Saya pribadi termasuk orang yang tak mudah percaya, krisis di Timur Tengah saat ini bakal menjurus ke sebuah perang besar. Apalagi perang dunia," ujarnya. Namun, SBY mengaku memiliki hak untuk cemas.
SBY menyerukan agar para pemimpin di dunia tidak melakukan pembiaran. Para pemimpin dunia menurut SBY harus melakukan sesuatu untuk mencegah terjadinya hal hal yang tidak diinginkan. "Namun, saya punya hak untuk cemas dan sekaligus menyerukan kepada para pemimpin dunia agar tidak abstain, dan tidak melakukan pembiaran," ungkap SBY.
Selain itu, SBY juga menyebut Persatuan Bangsa Bangsa juga harus melakukan tindakan dan tidak melakukan pembiaran. "Maksud saya, janganlah para ' world leaders ' itu ' do nothing '. Mereka, termasuk Perserikatan Bangsa Bangsa, harus ' do something' ," ujarnya. SBY berharap Amerika Serikat, Iran, maupun Irak mampu menahan diri untuk meghindari perang besar.
"Harapan saya adalah apa yang harus dilakukan oleh Amerika Serikat, Iran dan Irak dan dunia pada umumnya, agar sebuah peperangan di kawasan yang rakyatnya sudah cukup menderita itu dapat dicegah dan dihindari," ujarnya. "Saya orang biasa dan tak punya kekuasaan yang formal. Namun, sebagai warga dunia yang mencintai perdamaian dan keadilan, secara moral saya merasa punya kewajiban untuk ' to say something '," ungkap SBY. Sementara itu, panasnya hubungan Iran dan Amerika Serikat mencuat seusai terbunuhnya Komandan Brigade Quds Garda Revolusi Iran, Qassem Soleimani oleh Amerika Serikat.
Soleimani tewas setelah konvoi mobil yang ditumpanginya dihantam rudal di Bandara Internasional Baghdad, Irak, Jumat (3/1/2020) lalu. Amerika Serikat kemudian mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut. Amerika Serikat melalui Pentagon menyatakan Qassem Soleimani merencanakan serangan terhadap warga Negeri Paman Sam.
Sementara itu, Iran merespons kejadian tersebut dengan mengibarkan bendera merah di atas Masjid Jamkaran, di Kota Suci Syiah Qom, Iran. Pengibaran bendera tersebut disiarkan secara langsung atau live di stasiun stasiun televisi. Diketahui ini merupakan pertama kali sepanjang sejarah, bendera merah dikibarkan di atas Masjid Jamkaran.
Dilansir dari The Times of India , bendera merah Iran berarti panggilan untuk melakukan pembalasan terhadap kematian Soleimani. Bendera merah dalam tradisi Syiah melambangkan darah yang tumpah secara tidak adil dan sebagai panggilan untuk membalas seseorang yang terbunuh. Konon, bendera merah dikibarkan di tempat suci Imam Hussain di Karbala setelah kematiannya dalam Pertempuran Karbala (680 M).
Sejak saat itu bendera tersebut belum diturunkan sampai sekarang. Sejalan dengan tradisi Syiah, bendera itu hanya akan diturunkan begitu kematian Imam Hussain dibalas. Sementara saat ini, pengibaran bendera merah menggarisbawahi keseriusan seruan Iran untuk membalas kematian Soleimani.