Ketua Tim Covid 19 Fraksi PKS DPR RI Netty Prasetiyani menilai wacana pembukaan sekolah di tengah pandemi Covid 19 sebagai ketergesaan yang berbahaya. Menurutnya, jika wacana ini dipaksakan justru akan menjadi pertaruhan besar bagi keselamatan generasi penerus bangsa di masa depan. Dia meminta agar kebijakan ini ditunda. "Pembukaan sekolah di saat pandemi sama saja dengan mempertaruhkan nyawa generasi penerus bangsa. Kita tahu hingga kini transmisi Covid 19 belum terkendali, kasus baru masih terus terjadi dan kurvanya juga masih belum melandai. Saya keberatan jika anak anak seperti dijadikan kelinci percobaan untuk menguji kebijakan pemerintah," ujar Netty, dalam keterangannya, Minggu (31/5/2020).
Kekhawatiran Netty bukan tanpa alasan. Dia merujuk kepada pernyataan yang disampaikan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pada 18 Mei 2020 bahwa penularan Covid 19 kepada anak anak Indonesia tergolong cukup tinggi. Berdasarkan keterangan IDAI diketahui bahwa 584 anak dinyatakan positif mengidap Covid 19 dan 14 anak di antaranya meninggal dunia. Sementara jumlah anak yang meninggal dunia dengan status pasien dalam pengawasan (PDP) Covid 19 berjumlah 129 orang dari 3.324 anak PDP.
Selain itu, Netty juga berpedoman kepada Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) yang menyampaikan bahwa hingga 28 Mei 2020, total anak anak yang terpapar Covid 19 mencapai 5 persen dari total kasus yang dilaporkan ke pemerintah. "Kasus kematian anak Indonesia karena Covid 19 paling tinggi se Asia. Jika tidak menyiapkan seluruh faktor pendukungnya, maka sekolah dapat menjadi mata rantai baru penularan Covid 19. Kita perlu pikirkan bagaimana cara anak berangkat ke sekolah, bagaimana anak berinteraksi dengan sesamanya dan para guru, bagaimana faktor kebersihan sarana dan prasarana sekolah, bagaimana mengatur rasio jumlah siswa per kelas," ungkapnya. Anggota Komisi IX DPR RI tersebut juga meminta meminta pemerintah belajar dari negara lain, seperti Perancis dan Korea Selatan.
"Ketika Perancis mulai membuka sekolah, ditemukan ada 70 kasus baru. Sementara di Korea Selatan ada 79 kasus baru. Apa kita ingin seperti itu juga? Janganlah coba coba kebijakan yang pertaruhannya adalah nyawa," tegasnya. Apalagi, kata Netty, berdasarkan laporan KPAI baru ada 18 persen sekolah yang siap dengan protokol kesehatan pencegahan Covid 19. Sementara 80 persen lebih lainnya tidak siap. "Ini membuktikan bahwa pembukaan sekolah saat ini berbahaya dan penuh pertaruhan, bahkan banyak orangtua yang khawatir jika pembukaan sekolah tetap dipaksakan," tandasnya.