Ekonom INDEF Bhima Yudhistira menyarankan pemerintah untuk melakukan sejumlah langkah demi mengantisipasi krisis ekonomi yang diprediksi lebih parah dari krisis 1998. Saat ini ekonomi secara global tengah mengalami krisis akibat pandemi virus corona (Covid 19), ini tentu saja berdampak pula bagi Indonesia. Langkah luar biasa (extraordinary) yang bisa diambil pemerintah untuk mengantisipasi krisis ini adalah pemberian stimulus berupa internet gratis kepada para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang terdampak.
Pemberian stimulus ini, kata dia, bisa diterapkan hingga tahun depan, sehingga para pelaku UMKM ini bisa bangkit dari keterpurukan pasca bisnisnya melesu dilanda pandemi. Berdasar pada data yang dihimpun dari Asosiasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah Indonesia (Akumindo) tahun 2018 lalu, sektor UMKM berkontribusi terhadap lebih dari 60 persen Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Namun dalam beberapa bulan terakhir sejak munculnya pandemi, sektor ini pun melesu.
Tujuannya, agar ekonomi digital bisa dimanfaatkan para pelaku usaha kecil dan korban Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Bhima juga setuju dengan pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menyebut ekonomi global di masa pandemi ini 'mengerikan'. Menurutnya, situasi krisis ekonomi saat ini bahkan lebih parah jika dibandingkan dengan krisis sebelumnya yang terjadi pada tahun '98 dan 2008 silam.
Saat itu, sektor UMKM masih mampu bertahan menghadapi krisis ekonomi. "Situasinya memang mengkhawatirkan, karena krisis 98 dan 2008 itu UMKM masih bisa bertahan," kata Bhima'. Di masa krisis 98 dan 2008, para pekerja sektor formal yang terpaksa harus mengalami PHK pun masih bisa dialihkan ke sektor UMKM.
"Pekerja yang di PHK dari sektor formal seperti pabrik pengolahan, bisa ditampung ke UMKM," jelas Bhima. Sedangkan untuk krisis yang disebabkan pandemi corona, para pelaku UMKM ini cenderung tidak bisa bertahan karena bisnisnya sangat terpuruk. "Sementara di tahun 2020 ini, bahkan UMKM secara umum sulit bernafas akibat pandemi," papar Bhima.
Bahkan jika dibandingkan dengan dua krisis sebelumnya, kali ini tentunya berbeda. Karena yang dihadapi bukan hanya krisis ekonomi, namun juga kesehatan. Sehingga Bhima menilai krisis yang terjadi pada 2020 ini bisa dianggap terparah dalam sejarah.
"Krisisnya juga beda, ada krisis ekonomi dan kesehatan sekaligus. Bukan tidak mungkin kedalaman krisis 2020 adalah yang terparah sepanjang sejarah," tegas Bhima. Ia bahkan menyamakan krisis ekonomi yang terjadi saat ini dengan depresi besar pada tahun 1930. "Hanya depresi besar tahun 1930 yang layak dibandingkan dengan situasi saat ini," pungkas Bhima.